![]() |
| Foto istimewa |
Jakarta, 2 Desember 2025 — UNUSIA Jakarta tengah memasuki fase krusial dalam dinamika kepemimpinan kampus. Di antara nama-nama yang mencuat, sosok Dr. Muhammad Aras Prabowo menjadi figur yang paling banyak menyita perhatian. Akademisi muda kelahiran 1993 ini telah sembilan tahun mengabdi sebagai dosen tetap sekaligus Kaprodi Akuntansi, dan kini dinilai sebagai representasi generasi pemimpin perguruan tinggi yang lebih progresif.
Aras memiliki rekam pendidikan yang lengkap dan solid. Ia menyelesaikan studi sarjana serta magister dengan predikat sangat memuaskan, kemudian meraih gelar doktor cumlaude dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Di UNUSIA, namanya dikenal sebagai penggerak penguatan mutu prodi, arsitek strategi akreditasi, serta tokoh yang mendorong kultur akademik yang lebih adaptif dan menyatu dengan perkembangan zaman.
Di luar kampus, Aras aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama—mulai dari Ansor, ISNU, hingga IKA PMII—yang membentuk jejaring luas serta kedekatan kuat dengan kultur Aswaja. Modal sosial ini dinilai banyak pihak sangat relevan dengan karakter UNUSIA sebagai kampus berakar tradisi keilmuan NU.
Ketua Kajian, Advokasi dan Pembangunan Daerah “Kadera Institut”, Gamal Marinyo, turut memberikan pandangan dari ruang kerjanya pada Selasa, 2 Desember 2025. Ia menilai kehadiran Aras membawa optimisme baru bagi arah kepemimpinan UNUSIA.
“Aras adalah simbol regenerasi. Ia energik, punya rekam akademik yang kuat, dan memahami kultur NU secara mendalam. Kombinasi itu menjadikannya figur potensial untuk mengakselerasi daya saing UNUSIA di tingkat nasional,” ujar Gamal. Ia menekankan bahwa kampus saat ini membutuhkan pemimpin yang dapat menjembatani tradisi dan inovasi tanpa kehilangan identitas institusional.
Gamal juga menyoroti kemampuan Aras dalam merajut kolaborasi lintas kalangan. “Ia dekat dengan mahasiswa, mudah berkomunikasi dengan dosen lintas generasi, dan punya jejaring eksternal yang dapat membuka banyak peluang kemitraan. Itu modal penting untuk mendorong UNUSIA ke tahap berikutnya,” tambahnya.
Nama Aras terus menguat dalam diskursus internal kampus. Sejumlah dukungan yang bermunculan dianggap sebagai sinyal bahwa UNUSIA tengah bersiap menerima pola kepemimpinan baru yang lebih segar, profesional, dan visioner. Dalam persaingan perguruan tinggi yang semakin ketat, figur muda seperti Aras diyakini bisa menjadi katalis perubahan.
Proses berikutnya dalam penentuan arah kepemimpinan UNUSIA akan menjadi perhatian banyak pihak, terutama mereka yang berharap pada hadirnya wajah baru yang mampu membawa kampus ke lompatan kualitas yang lebih signifikan.
