![]() |
Foto istimewa |
Serang, 27 September 2025 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (FEB UNTIRTA) kembali melahirkan doktor baru di bidang Ilmu Akuntansi. Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak resmi meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya berjudul “Nilai-Nilai Teseng dalam Konstruksi Akuntabilitas di Sektor Pertanian” pada sidang terbuka yang digelar di Ruang Teleconference FEB UNTIRTA, Sabtu (27/9).
Sidang promosi doktor dipimpin langsung oleh Dekan FEB UNTIRTA, Prof. Dr. Tubagus Ismail, SE., MM., Ak., CA., CMA., dengan sekretaris sidang Dr. Munawar Muchlish, Ak., M.Si., CA., ACPA., ASEAN CPA., CAPM.
Dalam risetnya, Aras Prabowo mengangkat kearifan lokal masyarakat Bugis Bone, khususnya nilai teseng, sebagai fondasi akuntabilitas berbasis budaya. Ia menegaskan bahwa akuntabilitas tidak hanya sebatas prosedur administratif, melainkan praktik sosial dan spiritual yang berakar pada nilai kepercayaan, kesetaraan, dan tanggung jawab kolektif.
“Nilai teseng menghadirkan akuntabilitas yang lebih humanis, bukan sekadar mekanistik. Ia tumbuh dari prinsip siri, lempu, paccé, dan reso na mappesona RI Dewata Sewwae yang mengedepankan legitimasi sosial dan moral,” jelas Aras dalam pemaparannya.
Sidang terbuka ini juga dihadiri Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, yang bertindak sebagai penguji eksternal. Menag memberikan apresiasi tinggi terhadap kebaruan penelitian tersebut.
“Nilai teseng membuktikan bahwa budaya Bugis mampu melahirkan model akuntabilitas yang humanis dan transendental. Ini tidak hanya memperkaya ilmu akuntansi, tetapi juga merefleksikan spiritualitas dan tanggung jawab sosial dalam tata kelola publik,” ungkapnya.
Ia menambahkan, temuan ini dapat menjadi jembatan antara disiplin akuntansi, ekonomi, dan sosiologi, sehingga melahirkan tata kelola yang kontekstual sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Prof. Dr. Tubagus Ismail menilai penelitian Aras Prabowo sebagai kontribusi penting bagi pengembangan ilmu akuntansi di Indonesia.
“Disertasi ini menawarkan kerangka akuntabilitas berbasis budaya bangsa. Ini warna baru yang tidak hanya memperkaya literatur akademik, tetapi juga memberi arah bagi reformasi kebijakan sektor pertanian,” ujarnya.
Senada, Promotor utama Prof. Dr. Meutia, SE., MP menegaskan bahwa riset ini memiliki nilai kebaruan (novelty) karena merumuskan model akuntabilitas berbasis kepercayaan dan kolektivitas budaya yang sebelumnya belum pernah diteliti.
“Secara praktis, temuan ini dapat diterapkan dalam tata kelola pertanian berkelanjutan dan sektor lain yang membutuhkan legitimasi sosial berbasis komunitas,” tambahnya.
Selain Menag, sejumlah pejabat dan akademisi turut hadir memberikan apresiasi, di antaranya Faried F. Saenong, MA, M.Sc., Ph.D. (Staf Khusus Menteri Agama RI), Prof. Dr. KH. Muhammad Ishom (Rektor UIN SMH Banten), Dr. H. Amrullah, M.Si. (Kakanwil Kemenag Provinsi Banten), Fatkhu Yasik, M.Pd (Wakil Rektor I UNUSIA), Dr. Fira Mubayyina, M.H (Wakil Rektor II UNUSIA), serta para promotor Dr. Windu Mulyasari, SE., M.Si., CSRS., CSRA, dan Dr. Agus Sholikhan Yulianto, SE., Ak., M.Si.
Dengan raihan ini, Dr. Muhammad Aras Prabowo resmi menambah daftar akademisi Indonesia yang memperkaya paradigma akuntansi berbasis budaya lokal, sekaligus menjadikan nilai teseng Bugis sebagai inspirasi model akuntabilitas yang relevan untuk konteks ke-Indonesia-an. (**