HAGI Malut Ungkap Pola Hujan Unik “Anti-Monsoon” di Indonesia Timur
![]() |
Foto istimewa |
Ternate, 29 September 2025 – Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Komisariat Wilayah Maluku Utara (KOMWIL HAGI Malut) sukses menyelenggarakan webinar ilmiah bertajuk “Rainfall Pattern in the 'Anti-Monsoonal' Zone of the Eastern Indonesian Maritime Continent: Long-term Variability and Future Projection”. Kegiatan ini menggali fenomena iklim unik di kawasan Indonesia timur yang ternyata tidak mengikuti pola monsun Asia–Australia.
Webinar ini terselenggara atas kerja sama dengan Universitas Khairun Ternate, Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara, dan ISDIK Kie Raha. Kolaborasi ini menjadi bukti nyata sinergi antara HAGI Malut dengan perguruan tinggi dan lembaga riset lokal dalam meningkatkan literasi iklim dan geofisika.
Dalam pemaparannya, Dr. Ravidho Ramadan, Postdoctoral Fellow dari Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH), Kyoto University, mengungkap hasil riset berbasis data curah hujan resolusi tinggi (0,1° × 0,1°) selama periode 2001–2023.
“Ketika sebagian besar wilayah Indonesia mengalami anomali positif atau hujan di atas normal, kawasan timur justru menunjukkan anomali negatif. Inilah yang membuat wilayah ini memiliki karakteristik berbeda dengan Indonesia bagian tengah dan barat,” jelas Dr. Ravidho.
Fenomena ini disebut sebagai zona anti-monsoonal, karena pola hujannya berlawanan dengan monsun konvensional. Pemahaman mendalam mengenai hal ini diyakini penting untuk perencanaan pembangunan, ketahanan pangan, hingga mitigasi bencana di Maluku Utara dan kawasan timur Indonesia.
Ketua HAGI Malut, Dr. Rohima Wahyu Ningrum, menekankan bahwa edukasi publik terkait fenomena alam seperti pola hujan ini sangat penting.
“Setiap fenomena alam bisa dijelaskan secara ilmiah. Dengan memahami lebih dalam, masyarakat bisa lebih siap dalam menghadapi dinamika lingkungan di sekitar mereka,” ujarnya.
Webinar ini menjadi ruang diskusi ilmiah yang menjawab rasa ingin tahu masyarakat Ternate, khususnya terkait fenomena hujan lokal yang hampir terjadi sepanjang tahun.
Pemahaman mengenai pola hujan “anti-monsoon” ini diproyeksikan membawa dampak positif bagi berbagai sektor strategis, antara lain:
Pertanian dan ketahanan pangan: membantu menentukan pola tanam yang lebih adaptif.
- Pengelolaan sumber daya air: mendorong tata kelola yang lebih berkelanjutan.
- Mitigasi bencana hidrometeorologi: mengurangi risiko banjir dan longsor
- Pembangunan infrastruktur: perencanaan berbasis kondisi iklim lokal.
- Adaptasi perubahan iklim: memperkuat strategi regional.
Webinar ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan sertifikat secara simbolis. Panitia menegaskan bahwa HAGI Malut akan terus menghadirkan forum-forum ilmiah yang tidak hanya membahas riset terbaru, tetapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan daerah.
“Melalui kegiatan seperti ini, HAGI Malut ingin menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata masyarakat. Kami berharap semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk turut serta dalam upaya edukasi publik,” pungkas Dr. Rohima. (*